Minggu, 03 Desember 2017

Inovasi Teknologi Pertanian sebagai Upaya Peningkatan Kuantitas Produksi Padi Bernama Jarwo

Menurut data dari The Food and Agriculture Organization of the United Nations, Indonesia merupakan negara ketiga penyumbang produksi beras terbesar di dunia, menuyusul Tiongkok dan India. Namun ironisnya, negara kita masih saja membutuhkan impor beras dari negara lain dari tahun ke tahun. Sebenarnya apa yang salah dengan pertanian kita? Salah satu faktor penyebabnya adalah konsumsi beras masyarakat Indonesia yang sangat tinggi. Wajar saja, beras merupakan bahan makanan pokok yang dikonsumsi sehari - hari. Data menunjukan bahwa rata - rata orang Indonesia mengonsumsi kira - kira 140 kg beras setiap tahunnya.

Yang lebih disayangkan lagi, meski menyandang predikat sebagai negara terbesar ketiga yang memproduksi beras terbanyak di dunia, nasib petani Indonesia rata - rata hidup dalam keadaan miskin. Kesejahteraan petani masih sangat rendah. Berdasarkan Nilai Tukar Petani (NTP) tingkat kesejahteraan petani Indonesia kian menurun sejak tahun 2012. Penurunan ini pun tak tanggung - tanggung, yakni melebihi 100 persen. Hal semacam ini bisa terjadi diantaranya disebabkan karena para petani kita masih menggunakan teknik tradisional dan rendahnya tingkat pendidikan.

Maka salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah impor beras sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani adalah dengan memperkenalkan inovasi teknologi pertanian. Tujuan utamanya adalah supaya produktivitas pertanian meningkat, sehingga pada gilirannya akan memenuhi kebutuhan beras nasional sekaligus meningkatkan kesejahteraan para petani.

Salah satu inovasi teknologi pertanian yang telah diperkenalkan dalam upaya meningkatkan produktivitas tanaman padi adalah Jajar Legowo, atau dikenal dengan sebutan Jarwo. Jarwo merupakan teknologi budi daya padi yang dirancang secara optimal untuk mendapatkan hasil panen yang tinggi dan mudah untuk diterapkan. Jarwo diaplikasikan dengan pengaturan pola dan jarak tanaman padi sedemikian rupa hingga mampu memaksimalkan manfaat radiasi matahari dan efek turbulensi.

Dalam sawah  tradisional, tanaman padi ditanam dalam larik - larik yang sama jaraknya. Namun, Jarwo diterapkan dengan cara mengatur agar setiap dua larik tanaman padi diselingi dengan satu larik yang sengaja dikosongkan (legowo). Tujuannya untuk menguapkan asam - asam organik yang dapat membahayakan tanaman, meningkatkan hasil fotosintesis, memudahkan pemupukan dan pengendalian hama, serta meningkatkan populasi tanaman.

Inovasi teknologi pertanian ini telah diperkenalkan sejak tahun 2012 oleh Iskandar Ishaq, seorang peneliti di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat. Namun hingga kini penerapannya masih belum meluas. Faktanya, hanya beberapa wilayah saja yang sudah membuktikan manfaat peningkatan produktivitas dari Jarwo ini. Salah satunya daerah yang telah membuktikan kesuksesan Jarwo ini adalah Desa Karanggetas yang terletak di Kabupaten Indramayu. Berdasarkan laporan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) saat memanen padi di wilayah tersebut April 2016 ini, produktivitas melalui program ini terbukti dapat meningkatkan hasil hingga 60% - 90%.

Satu - satunya kekurangna dari program ini adalah minimnya edukasi kepada pihak yang paling membutuhkannya, yaitu para petani. Fakta bahwa sebagian besar petani Indonesia masih menggunakan teknik tradisional menunjukkan bahwa informasi mengenai keefektifan Jarwo untuk meningkatkan hasil panen belum sampai kepada mereka. Untuk itu, dibutuhkan para agen penyuluh yang bersedia mengedukasi para petani mengenai inovasi - inovasi teknologi pertanian agar mereka tidak terus - menerus terjebak dalam lingkaran kemiskinan.

Sangat disayangkan, sebagai negara agraris penghasil beras terbesar ketiga di dunia, petani - petani kita hidup dalam keadaan miskin. Sungguh sebuah paradoks melihat negara penghasil beras terbesar ketiga di dunia masih mengimpor beras dari negara asing. Padahal, semua itu bisa diatasi dengan ilmu, salah satu wujudnya adalah motivasi teknologi pertanian yang disebut dengan Jarwo.

Selasa, 28 November 2017

Membangun Sistem Agribisnis Terpadu untuk Kemajuan Pertanian Indonesia

Agribisnis merupakan suatu sistem pengelolaan ekonomi dalam ruang lingkup pertanian. Memahami tata kelola agribisnis di Indonesia berarti mengetahui secara pasti permasalahan dan solusi yang ada di wilayah agraris. Perkembangan sistem agribisnis menuntut pelaku usaha untuk mampu menciptakan tata kelola pertanian yang lebih baik. Artikel ini aka mengajak Anda untuk mengenal cara membangun sistem agribisnis terpadu untuk kemajuan pertanian Indonesia. 

Keterkaitan agribisnis terhadap ilmu budi daya pertanian merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan. Agribisnis di dalam ilmu pertanian dikenal sebagai bidang ilmu yang mempelajari tata kelola usaha yang dimulai dari sektor hulu hingga hilir. Sektor hulu merupakan suatu basis perancangan produk yang berfokus pada usaha tani, sistem, dan manajemen budi daya. Sektor hilir merupakan suatu basis pengelolaan produk yang berfokus pada manajemen produksi dan efisiensi pengedaran produksi pertanian.


Sejak dulu hingga saat ini, pertanian masih dianggap sebagai sentral usaha yang potensial. Tingginya nilai modernisasi dunia menjadi acuan untuk dapat mengembangkan tata kelola pertanian Indonesia menjadi lebih baik lagi. Agribisnis dipandang sebagai sistem yang mampu menjadi solusi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi pertanian di Indonesia. Berikut beberapa poin perencanaan agribisnis yang perlu dikembangkan dalam sektor usaha tani:

Sumber Daya Manusia Agribisnis Potensial

 

Pembahasan tentang Sumber Daya Manusia (SDM) tentunya menjadi polemik dari setiap bidang usaha. Pertanian di Indonesia belum memiliki banyak SDM agribisnis potensial yang terdistribusi atau menyebar secara merata. SDM agribisnis potensial memiliki peluang untuk dapat mengatur dan mengelola produksi pertanian dalam skala luas dan spesifik seperti dari kalangan akademisi. Pemerintah nantinya akan lebih mudah untuk menerapkan strategi usaha dan aspirasi petani akan lebih cepat tersampaikan melalui SDM agribisnis potensial yang umumnya berperan sebagai penyuluh pertanian. Penjaringan terhadap SDM agribisnis potensial perlu dilakukan untuk dapat menjalankan sistem kelola agribisnis dengan baik.

Kelola Dana dan Keuangan

 

Dalam bidang pertanian, keuangan menjadi fokus primer yang tidak bisa dilewatkan. Permasalahan ini dalam keuangan pertaniana umumnya terletak pada pemberlakuan sistem peminjaman modal yang rumit. Tata kelola agribisnis di Indonesia perlu memberlakukan sistem yang dapat memudahkan pengusaha pertanian dalam mengakses peminjaman ke lembaga perbankan. Akses peminjaman modal yang mudah akan memudahkan pengusaha pertanian untuk mengembangkan produk dengan kualitas baik dan kuantitas yang banyak.

Kemitraan Pertanian


Agribisnis dalam pertanian memiliki peran untuk dapat mengelola manajemen koordinasi dengan baik. Kemitraan pertanian merupakan suatu badan yang diharapkan mampu menjadi penengah yang dapat menghubungkan lembaga antar pertanian skala kecil, menengah, dan besar. Koperasi merupakan suatu contoh kemitraan yang dipandang mampu menjadi solusi yang baik, namun rendahnya potensi dari pengurus dan tata kelola menjadikan koperasi pertanian dianggap menjadi solusi yang tidak produktif. Diperlukan kesadaran dan pendayagunaan koperasi yang baik dalam tata kelola agribisnis agar dapat menguntungkan semua pihak yang bersangkutan. 

Penggunaan Lahan Tepat Guna


Pemilihan terhadap penggunaan lahan menjadi hal primer yang perlu diperhatikan. Penempatan komoditi yang sesuai dalam budi daya pertanian menjadi hal yang perlu dikelola juga dalam bidang agribisnis. Beberapa komoditi memiliki karakteristik spesifik dan hanya mampu dibudidayakan di lahan tertentu. Kendali terhadap pengelolaan produk pasca panen juga perlu menjadi perhatian mengingat produk pertanian yang umumnya bersifat mudah rusak (perishable).

Perlunya modifikasi ekosistem pertanian dan manajerisasi produksi dalam agribisnis perlu diberlakukan secara luas. Penggunaan wilayah tepat guna yang berasaskan pada kesesuaian ekosistem penanaman dan jenis komoditi pun akan berpengaruh terhadap presentase produksi usaha tani. Agribisnis diharapkan mampu mengatur dan mengelola penggunaan wilayah dengan tepat untuk meningkatkan produksi pertanian Indonesia.

Demikianlah artikel mengenai bagaimana cara membangun sistem agribisnis terpadu untuk kemajuan pertanian Indonesia. Memajukan sistem kelola agribisnis tentunya menjadi mimpi kembali bagi bangsa Indonesia yang perlu diperjuangkan bagi para pelaku usaha pertanian. Semoga pertanian Indonesia mampu mengulang kejayaannya dengan pemberlakuan sistem agribisnis yang lebih baik.

Sumber:
  • Rangkuti, A.R. 1992. Kebijaksanaan Strategis Pengembangan Agribisnis. Paper Seminar Nasional Perhimpunan Ekonomi Indonesia (PERHEPI). Jakarta.
  • Santosa, P.B. 2005. Pengembangan Sektor Pertanian Melalui Pola Agribisnis Menuju Ketangguhan Perekonomian Indonesia. JIAKP Vol. 2:680-683. Indonesia
  • Wahono, Francis. 1999. Revolusi Hijau: Dari Perangkap Involusi ke Perangkap Globalisasi. Artikel Edisi 1. Indonesia

Minggu, 06 Agustus 2017

Senin, 31 Juli 2017

Teknologi Perikanan Sederhana Budi Daya Lobster Air Tawar yang Menguntungkan

Salah satu jenis budi daya yang potensial dan mudah dikembangkan di negara kita adalah budi daya lobster air tawar. Hanya dengan memanfaatkan teknologi perikanan sederhana dan mempelajari ilmu pembudidayaan, siapa pun dapat memulai usaha budi daya lobster air tawar. Artikel ini akan membahas mengenai budi daya lobster air tawar, teknik dan teknologi yang dipakai dalam penerapannya, serta potensinya dalam ranah bisnis.

Selasa, 25 Juli 2017

7 Strategi Pengembangan Agribisnis Perikanan Air Tawar di Indonesia

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keragaman hayati, baik di darat maupun di laut. Perikanan dalam cakupan agribisnis dipandang sebagai suatu sektor yang memiliki nilai cukup menguntungkan. Budi daya perikanan yang mencakup proses pemeliharaan ikan air tawar merupakan suatu jenis usaha yang layak digeluti. Artikel ini akan membahas secara khusus mengenai 7 strategi pengembangan agribisnis perikanan air tawar di Indonesia

Potensi Bisnis Menjanjikan dalam Budidaya Ikan Gurame

Perikanan merupakan salah satu bidang agribisnis yang berperan dalam kemajuan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini ditunjang dengan meningkatnya kecenderungan konsumsi ikan oleh masyarakat dari tahun ke tahun. Menurut Gustano (2004), peningkatan konsumsi ikan per tahun di Indonesia mencapai angka sebesar 2,67% yang mencakup ikan air laut maupun ikan air tawar. Tingginya permintaan akan ikan ini menjadikan bidang perikanan sebagai peluang usaha yang menjanjikan. Salah satu bidang perikanan yang memiliki potensi agribisnis besar adalah budidaya ikan gurame. Artikel ini akan mengajak Anda untuk menyelami peluang usaha apa saja yang tersedia pada bidang budidaya ikan gurame serta faktor-faktor pendukungnya. 

Ikan gurame memiliki prospek yang menjanjikan untuk peluang usaha, baik dalam skala kecil maupun besar. Salah satu faktor pendukung suksesnya peluang usaha budidaya ikan gurame adalah  harga jualnya yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan jenis ikan air tawar lainnya, harganya yang stabil, dan permintaan pasar cukup tinggi. 

Di Jakarta saja, permintaan akan ikan gurame mencapai angka 12 ton per minggu dan belum semua permintaan tersebut dapat terpenuhi (berdasarkan data dari Bank Indonesia, Pola Pembiayaan Usaha Kecil Budidaya Pendederan dan Pembesaran Ikan Gurami). Lahan budidaya di Indonesia pun masih luas tersedia, mengingat ikan gurame dapat tumbuh di kolam tembok, terpal, maupun kolam tanah. Untuk mendapatkan benihnya pun mudah, karena pemerintah melalui Balai Benih Induk (BBI) memproduksi benih yang dijual kepada petani untuk dibesarkan. Selain itu, benih ikan gurame juga dijual oleh petani benih yang bergerak secara mandiri.

Selain permintaan dari pasar lokal dan nasional yang tinggi, peluang usaha ikan gurame pun masih terbuka di pasar internasional. Negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam pun memiliki minat yang tinggi terhadap ikan gurame. Hanya saja, untuk dapat diekspor, kualitas ikan gurame harus memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional Indonesia.

Namun demikian, tidak seperti ikan lainnya, ikan gurame memerlukan waktu panen yang cukup lama, yakni antara 12-15 bulan. Hal ini dikarenakan pertumbuhan ikan gurame tidak secepat ikan lain, seperti lele atau nila. Meski tentu saja dengan pemanfaatan teknologi yang tepat pertumbuhan ikan gurame dapat dipercepat. Salah satunya adalah dengan pemberian pakan intensif. 

Faktor lainnya yang menjadi pendorong peluang usaha budidaya ikan gurame adalah mudahnya perawatan ikan dan tidak dibutuhkan banyak tenaga dan waktu untuk perawatannya. Pemberian makan ikan gurame, misalnya, hanya perlu dilakukan dua kali sehari, pagi dan sore. Sementara pembersihan kolam hanya perlu dilakukan apabila kolam sudah kotor dan bau. Tingkat kotoran di kolam dipengaruhi oleh jenis kolam yang digunakan dan jumlah serta jenis pakan yang diberikan. Kolam terpal dan tembok cenderung lebih mudah kotor karena di dalamnya tidak hidup mikro-organisme yang mampu membantu penguraian sisa makanan dan kotoran ikan.

Dari segi segmentasinya, potensi agribisnis ikan gurame memiliki prospek di bidang pembenihan, pendederan, pembesaran, dan pemarasan. Pemilihan segmen dapat Anda landaskan pada kebutuhan pengembalian modal dan ketersediaan sumber daya. Seperti dikatakan sebelumnya, pembesaran ikan gurame memerlukan waktu setidaknya 12 bulan sehingga jika Anda memerlukan pengembalian modal dalam waktu lebih cepat disarankan menggali segmen lain seperti pemasaran atau pembenihan. Pilihlah segmen usaha yang paling menguntungkan dan paling Anda minati serta ditunjang dengan sumber daya yang tersedia. 

Melihat banyaknya permintaan pasar dan mudahnya penerapan budidaya ikan gurame, potensi agribisnis di bidang ini terdengar sebagai peluang bisnis menggiurkan, bukan?

Sumber
Pujastuti, Analisis Usaha Budidaya Ikan Gurami, AGRISE Volume XII No. 2 Bulan Mei 2012
Bank Indonesia, Pola Pembiayaan Usaha Kecil Budidaya Pendederan dan Pembesaran Ikan Gurami

Minggu, 21 Mei 2017

Teknik dan Kendala dalam Budidaya Ikan Gurame di Kolam Tanah

Di Indonesia, produksi terbesar ikan gurame terdapat di pulau Jawa, khususnya daerah Jawa Tengah dengan angka melebihi 100 juta ekor per tahun (berdasarkan data dari Bank Indonesia, Pola Pembiayaan Usaha Kecil Budidaya Pendederan & Pembesaran Ikan Gurami). Sebagian besar pelaku budidaya ikan gurame masih menggunakan teknologi semi intensif, namun mereka sukses menjalankan usahanya. Hal ini tak dapat dilepaskan dari karaktristik ikan gurame sendiri yang tidak memerlukan perawatan khusus. Bahkan, ikan gurame dapat hidup dengan baik di empang (kolam tanah). Artikel ini akan membahas mengenai teknik budidaya ikan gurame di kolam tanah serta kendala yang dihadapi.